Tongkonan adalah rumah adat Toraja dengan bentuk atap
menyerupai perahu yang terdiri atas susunan bambu meskipun sekarang ini
sebagian Tongkonan sudah menggunakan atap seng. Konon, rumah adat Tongkonan
sudah ada sejak jaman dahulu. Istimewanya, dalam membangun tongkonan tidak ada
penggunaan unsur logam seperti paku, baut dan lain-lain. Di bagian atap
Tongkonan terdapat deretan kepala kerbau yang menggambarkan strata sosial
pemilik tongkonan.
Nah miniatur Tongkonan ini merupakan salah satu kerajinan tangan khas Sulsel
yang diukir dan dibentuk berdasarkan desain asli. Miniatur Tongkonan
merupakan cinderamata yang cukup digemari wisatawan baik lokal maupun
internasional. Miniatur tersebut dapat dipesan menurut ukuran yang diinginkan
pemesannya, mulai dari yang berukuran kecil hingga cukup besar.
Rumah tradisional
di Sulawesi Selatan adalah salah satu bangunan yang tergolong unik di
Indonesia. Bangunannya terbuat dari kayu berkualitas tinggi dan
mampu bertahan dalam waktu yang sangat lama. Nah, di Taman Miniatur ini kita
bisa menjumpai koleksi 27 bangunan rumah tradisional yang mewakili empat etnis
di Sulawesi Selatan yakni Bugis, Toraja, Mandar dan Makassar. Sedikitnya ada 23
rumah yang dibangun oleh setiap pemerintah daerah dan empat rumah yang dibangun
oleh pemerintah provinsi.
Salah satu
rumah tradisional yang sangat menarik perhatian adalah rumah suku Toraja yang
disebut dengan tongkonan. Tongkonan berdiri diatas tumpukan kayu dan dihiasi
dengan ukiran berwarna merah, hitam dan kuning. Dalam bahasaToraja “tongkonan”
berasal dari kata “tongkong” artinya “duduk”. Tongkonan merupakan pusat
kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan tongkonan dianggap
sangat penting dalam kehidupan spritual Toraja. Menurut cerita, tongkonan
pertama kali dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja
turun ke bumi, ia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara besar.
Jenis
rumah tradisional lainnya yang mempunyai latar belakang cerita yang menarik
adalah rumah tradisional Bugis. Tradisi Bugis menganggap bahwa jagad raya itu
bersusun tiga yakni boting langi (dunia atas), ale-kawa (dunia tengah) dan
buri-liung (dunia bawah). Ketiga tingkatan itu tercermin dalam bentuk rumah
tradisionalnya yang juga menggambarkan hal itu. Bagian-bagian rumah Bugis yang
pertama adalah rakkeang yakni loteng diatas badan rumah yang merupakan simbol
dunia atas. Watang –pola yakni badan rumah yang menjadi simbol dunia tengah.
Bagian terakhir adalah awa-bola yakni kolong rumah yang tidak berdinding
sekaligus merupakan simbol dunia bawah. Biasanya ruangan ini digunakan untuk tempat
menaruh alat pertanian, kuda, kerbai atau tempat menenun kain sarung.
Rumah-rumah
tradisional yang dibangun di Taman Miniatur ini umumnya masih mempertahankan
arsitektur asli dan dibangun dengan kayu berkualitas sangat baik. Kompleks ini
tertata rapi. Setiap tahunnya pemerintah provinsi Sulawesi Selatan melaksanakan
sebuah pamerah yang memperlihatkan berbagai kemajuan dalam bidang infrastruktur
dan hasil bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar